Friday, September 14, 2007

Topik 36: Ramadhon, Shaum, Idul Fitri

Bismillahirrahmanirrahim.

Masih dalam suasana Ramadhon, dan topik Latihan surat-surat pendek Insya Allah akan kita lanjutkan. Akan tetapi ada yang menarik untuk ditulis pada kesempatan kali ini. Ada 3 hal yang ingin kita bahas (secara bahasa) yaitu: Romadhon, Shaum, dan Idul Fitri.

Romadhon رمضان

Kata Romadhon رمضان di dalam kamus artinya Bulan Romadhon. Akan tetapi jika dilacak ke entry lebih diatas di dalam kamus, kata Romadhon ini akar katanya: romidha - yarmadhu - romdhan ( رمض - يرمض), yang artinya sangat panas, atau sangat terik. Jika dilihat dari sejarahnya, dimana bulan ramadhan ini adalah bulan ke 9 dalam penanggalan kalender Hijriah, maka pada bulan ini menurut beberapa pendapat, dulu di jaman Rasulullah, bulan Ramadhon ini sangat terik sekali. Udara diluar sangat panas. Matahari membakar tanah.

Pendapat lain mengatakan bahwa, panas terik (dari akar kata Ramadhon) dengan efek membakar itu, melambangkan bahwa pada bulan Ramadhon ini, waktu untuk pembakaran dosa. Hal ini sesuai dengan keterangan hadist "man shooma ramadhanan imaanan wahtisaaban, ghufiralahu maa taqoddama min dzanbih" (barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhon dengan keimanan dan perhitungan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.

Kalau kita tadabburi, sesuatu yang padas membakar itu terkadang membuat sesuatu menjadi lebih baik. Besi dibakar dan dipanaskan, menghasilkan sesuatu yang lebih baik yaitu keris. Dalam proses pemisahan air dan kotoran, terkadang digunakan panas (proses penyulingan). Dan lain-lainnya.

Menurut kedokteran, puasa itu dapat membakar lemak-lemak yang selama ini menumpuk dalam badan yang berpotensi jadi penyakit. Dengan puasa, nafsu ditahan. Nafsu yang ditahan bisa memberikan efek pembakaran. Akan tetapi yang sukses menahan nafsunya dibulan Romadhon, Insya Allah, akan keluar menjadi orang yang lebih baik.

Shoum صوم

Kata puasa adalah terjemahan dari kata صام shooma yang artinya menahan, atau melakukan puasa. Kata bendanya menjadi berpuasa disebut الصوم - shoum, dan jamaknya الصيام - shiyam. Orang yang berpuasa disebut shooiman صائم , sedangkan orang-orang yang berpuasa disebut shooimuun صائمون atau shooimiin صائمين (untuk laki-laki) dan shooimaat صائمات(untuk perempuan). Itulah sebabnya, kalau ustadz berdiri di mimbar biasanya memanggil "para shooimin dan shooimat".

Dengan akar kata menahan tsb, maka shoum itu menurut ulama adalah menahan dari segala yang membatalkan (yaitu dari segala yang membatalkan ibadah puasa tersebut).

Idul Fitri عيد الفطر

Selesai kita melaksanakan shoum ramadhon selama 29 atau 30 hari, maka datanglah hari raya yang disebut Idul Fitri. Kata 'Iid عيد artinya kembali, sedangkan kata Fitri فطر artinya berbuka (kembali makan). Sebagian berpendapat, kata Idul Fitri artinya kembali dari keadaan menahan dari makan, kepada keadaan yang boleh makan.

Akan tetapi ada yang memaknai kata Idul Fitri ini dengan Idul Fitrah عيد الفطرة . Kata Fitrah sendiri akar katanya sama dengan Fitri, tetapi makna Fitrah sendiri adalah instink atau kecenderungan atau perangai. Sebenarnya makan (Fitri) adalah bagian dari kecenderungan/instink manusia (Fitrah).

Dengan memaknai Idul Fitri ini sebagai Idul Fithrah, maka makna perayaan Idul Fitri adalah kembali ke keadaan asli manusia yaitu kembali Fitrah (kembali kepada instink dasarnya). Hal ini sesuai dengan maksud kata Fitrah dalam Ar-Rum:30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ

Maka hadapkan wajahmu kepada Agama ini, dengan hanif; (tetaplah diatas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia (dengan fitrah itu).

Menurut sebagian pendapat Fitrah (instink) manusia itu terbagi kepada 3 hal:

1. Instink untuk membutuhkan agama
2. Instink untuk mencari penghidupan (berusaha)
3. Instink untuk mencari pasangan hidup (nikah)

Dalam hadist juga dikatakan:
كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه

Tiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bapaknya lah yang menjadikan dia Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi (HR. Muslim)

Perhatikan bahwa hadist diatas mengatakan bahwa setiap manusia itu lahir fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Kenapa tidak ada pernyataan "orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Islam?". Karena kata الفطرة dalam hadis diatas, maknanya adalah Islam. Fitrah manusia itu adalah Islam. Dengan demikian hadist tsb bermakna: Setiap manusia yang lahir dalam keadaan Islam.

Jadi Insya Allah, dengan mengikuti apa yang telah disyariatkan dalam menjalankan puasa ini disertai dengan keikhlasan, kita bisa kembali kepada Fitrah, atau Idul Fitrah. Insya Allah.

Allahu a'lam bish-showwab.

1 comment:

Unknown said...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mas Rafdian Rasyid

Alhamdulillah, ana selalu mengikuti materi ini mulai dari topik 1
materi yang sangat bermanfaat dan mudah untuk dipahami dalam penyampaiannya

Mohon izin copas dan share di grup whatsapp saya, semoga menjadi ladang amalan bagi kita semua, aamiin ya Robbal'alamiin.

Jazakallahu khair

Topik Sebelumnya

Penting:
Silahkan memperbanyak atau menyebarkan materi-materi dalam situs ini tanpa ijin apapun dari penulis.

Visitors/Hits