Tuesday, September 25, 2007

Topik 41: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1

Bismillahirrahmanirrahim

Topik kali ini kita Insya Allah akan masuk ke Latihan ayat 1 Surat Al-Ikhlas. Oke baiklah. Ayat 1 berbunyi:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Qul: Katakanlah
Huwa: Dia
Allahu: Allah
Ahadun: Ahad (Maha Esa)

Oke... Ada 2 pola bahasa yang bisa kita pelajari disini:
1. Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
2. Al-Jumlah Al-Mufidah (bentuk Kalimat Sempurna)

Kata QUL: katakanlah! ini merupakan fi'il amr. Fi'il amr sudah banyak saya berikan contohnya. Saya juga sudah memberikan 6 langkah mudah membentuk fi'il amr. Apa perlu saya ulangi? Jika ya, Insya Allah saya akan ulangi. Jika tidak maka kita lanjut ke topik 2.

Sementara saya asumsi tidak perlu, karena Anda sudah mengerti. Maka kita masuk topik 2, yaitu bentuk Kalimat Sempurna (jumlah mufidah).

Al-Jumlah Al-Mufidah الجملة المفيدة

Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna, dalam bahasa Arab mirip dengan definisi kalimat sempurna dalam bahasa Indonesia. Apa itu? Yaitu minimal terdiri dari subject dan prediket. Dalam bahasa Arab, subject itu biasa disebut al-mubtada, dan prediket itu biasa disebut al-khobar. Kalimat sempurna yaitu bila kalimat tersebut sudah memberikan faedah (mufidah).

Jadi definisi kalimat sempurna dalam bahasa Arab adalah suatu kalimat yang terdiri dari mubtada dan khobar, dan memberikan manfaat (artinya bisa dimengerti).

Dari definisi ini maka: kalimat Huwa Allahu Ahadun dapat dipecah menjadi kalimat sempurna:

Huwa Allahu هو الله - Dia (adalah) Allah.

Ini adalah kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Huwa هو - Dia, dan khobarnya adalah Allahu الله - Allah.

الله احد - Allahu Ahadun : Allah (itu) Maha Esa.

Ini adalah juga kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Allahu الله dan khobarnya adalah Ahadun احد - Maha Esa.

Ciri-ciri Mubtada

Salah satu ciri-ciri mubtada, adalah bahwa i'rob (harokat akhir) adalah dhommah, atau dhommatain, untuk kata-kata yang sifatnya tidak mabni. Wah wah apa lagi nih... Mabni itu apaan lagi tuh...

Oke, gini gini... Pertama saya jelaskan dulu, bahwa ciri-cirinya dhommah. Coba lihat:

Allahu ahadun. Harokat Allah disini adalah dhommah, sehingga dibaca Allahu (bukan Allaha atau Allahi). Sehingga kata Allahu (dalam Allahu Ahadun), dapat menjadi Mubtada'.

Sedangkan ada kata benda yang sifatnya tetap (mabni). Contoh kata Musa مسى ini adalah mabni. Tidak pernah dia dibaca Musi, atau Musu. Berbeda dengan kata kitaab كتاب ini bukan mabni, tapi berobah-ubah, bisa kitaabu, kitaabi, kitaaba.

OKE... kembali ke lap top... Jadi dalam ayat 1 surat Al-Ikhlas ini kita bertemu dengan jumlah mufidah:

Huwa Allahu Ahadun
Mubtada: Huwa
Allahu Ahadun: Khobar Jumlah (khobar dalam bentuk kalimat)

Sedangkan Khobar Jumlah, juga sebuah kalimat sempurna dimana:
Allahu: Mubtada
Ahadun: Khobar

Gitu ma' cik... Kira-kira ngerti kan????

Insya Allah akan dilanjutkan ke topik berikutnya, mengenai definisi kedua Jumlah Mufidah. Sebagai penutup, jumlah mufidah dalam topik ini maksudnya yaitu kalimat sempurna yang terdiri dari mubtada dan khobar.

Dalam topik berikutnya, ada defisini ke 2 jumlah mufidah itu, yaitu suatu kalimat yang terdiri dari Kata Kerja + Pelaku.

Allahu a'lam.

2 comments:

aercomputa said...

Asslamuaalaikum

maaf admin boleh minta tolong di jelaskan kenapa ahadun diterjemahkan menjadi satu atau maha esa,lalu apakah ada kata benda untuk jumlah itu mengandung makna maha, kemudian dihubungkan dengan kata wahid itu seperti apa?

terimakasih admin

Unknown said...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mas Rafdian Rasyid

Alhamdulillah, ana selalu mengikuti materi ini mulai dari topik 1
materi yang sangat bermanfaat dan mudah untuk dipahami dalam penyampaiannya

Mohon izin copas dan share di grup whatsapp saya, semoga menjadi ladang amalan bagi kita semua, aamiin ya Robbal'alamiin.

Jazakallahu khair

Topik Sebelumnya

Penting:
Silahkan memperbanyak atau menyebarkan materi-materi dalam situs ini tanpa ijin apapun dari penulis.

Visitors/Hits